Boneka Bayi Menangis

Boneka bayi tersebut tidak berhenti menangis di tengah malam, sehingga membuat kami kesulitan untuk mendiamkannya.

google

Suatu hari orang tua kami memutuskan untuk pindah sementara menetap di rumah nenek dan kakek yang sudah lama hanya ditempati oleh adik mama serta seorang saudara. Kebetulan kamar kosong hanya ada dua kamar, satu kamar utama dan satu kamar anak.  Kami memutuskan untuk tidur bersama di kamar utama, saya dan dua adik serta papa mama. Sedangkan kamar kosong satunya untuk menaruh sementara barang lainnya sebelum dirapikan.


Hari pertama menginap di rumah itu sungguh membuat kami tidak bisa tidur nyenyak, karena sebuah kejadian yang membuat bulu kudukku merinding bila mengingatnya. Sebenarnya hari itu kami semua sangat lelah, setelah seharian bekerja bakti mengosongkan rumah lama, dan pindah ke tempat tinggal yang baru. Untung jarak rumah yang satu dan lainnya tidak jauh. Namun  saat mata kami akan terlelap, tiba-tiba terdengar suara boneka adikku, yang seingatku sudah lama rusak. Suara panggilan itu terdengar seperti ini, “Mama…Mama…Mama!” Boneka itu memang didisain bisa memanggil mama, seperti bayi manusia. Sayangnya disaat yang sedang tidak tepat boneka itu berbunyi seperti seorang anak memanggil mamanya, bahkan hingga beberapa kali. Sangat mengganggu sekali dan menakutkan!


Boneka itu merupakan hadiah untuk adik perempuan saya, mama membelikan untuk adik karena selain unik juga saat itu sedang populer. Hadiah itu menarik perhatian kami sekeluarga, jika ditarik dot yang ada di mulutnya, maka ia akan menangis dan mengeluarkan suara tangisan dan panggilan mama sebanyak tiga kali, dan jika kita menaruh dot di mulutnya ia akan berhenti menangis. Karena begitu sering dimainkan, maka boneka tersebut tidak pernah berbunyi lagi, mungkin karena batrai habis atau rusak dan kami tidak berusaha memperbaikinya dan lagi dot-nya sudah hilang.

Kembali kecerita malam itu, boneka itu berbunyi seperti memanggil, sehingga kami yang tadi sudah mengantuk menjadi terjaga lagi. Mama dan papa saling berpandangan, dan berbisik. Mama menjelaskan bahwa boneka itu memang masih berada di antara tumpukan mainan anak-anak dan belum sempat dibuang, meskipun sudah tidak pernah dimainkan. Saya ikut mendengarkan percakapan itu sambil ketar-ketir ketakutan, karena suara panggilan itu tidak berhenti sehingga membuat adik-adik tidak jadi terlelap dan jam sudah mendekati tengah malam akhirnya papa memutuskan untuk mencari boneka tersebut di balik tumpukan barang di kamar tidur yang letaknya berhadapan dengan kamar kami.


        Papa ke luar diikuti oleh mama dan kami anak-anak di belakangnya. Saat pintu terbuka dan lampu dinyalakan, boneka tersebut berhenti berbunyi, sehingga sulit menebak di arah mana boneka tersebut berada. Malam itu kami beruntung, karena papa berhasil menemukan dan langsung mengambil dan membawanya ke ruang tamu dan meletakkan di atas meja bulat di ruangan tersebut. Kami duduk mengelilingi meja di mana boneka tersebut di taruh, namun hingga dua puluh menit berlalu, tetap tidak  mengeluarkan suara, meskipun ayah berusaha menggoyang dan menekan bagian perut di mana batrai diletakkan. Kami akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tiidur dan membiarkannya di situ hingga pagi hari, akan di cek apa yang menyebabkan ia berbunyi lagi setelah sekian lama tidak bersuara.


Hal yang sama kembali terjadi, saat kami semua akan terlelap kembali boneka itu berbunyi dengan mengeluarkan panggilan yang sama. Kali ini suara itu sangat membuat mama dan papa kesel dengan situasi yang sangat mengganggu. Saya sendiri yang saat itu masih kecil juga merasakan hal yang sama, sangat ketakutan sehingga membuat adik-adik menangis entah karena ngeri mendengar suara panggilan itu atau sudah sangat mengantuk. Akhirnya mama menutuskan untuk kembali memastikan apakah boneka itu akan mengelurkan suara itu saat ia berada di situ, tertanya seperti tadi tetap diam seperti boneka rusak. Karena kesal mama mengambil boneka tersebut dan menaruhnya di dalam kulkas, berharap batrai di dalam tubuh boneka itu akan membeku dan tidak mengeluarkan suara lagi.


Mama merasa senang karena cukup lama boneka itu tidak mengelurkan suara lagi, mungkin sudah benar-benar membeku dan rusak. Namun tidak lama saya mendengar suara memanggil sayup-sayup “mama…mama…mama!” bahkan kali ini berulang-ulang. Bersyukur suara itu tidak mengganggu adik yang sudah terlalap karena kelelahan. Akhirnya papa memutuskan untuk mengeluarkan dari lemari pendingin. Ayah keluar ditemani oleh saya, kemudian kami mengambil boneka yang selalu diam jika didekati, ayah memutuskan untuk menaruh di dalam kersek dan melemparkan boneka itu ke tong sampah di depan rumah. Tidak peduli saat itu sudah menjelang subuh, mungkin karena sudah sangat lelah dan tidak tahu cara mengatasinya, apakah boneka tersebut benar-benar konslet batrainya atau ada penghuni makhluk halus di rumah itu yang ingin iseng dengan kami. Maklum kami belum sempat mendokan ruang yang sudah lama kosong tersebut karena baru hari pertama. 

Ayah melemparnya jauh-jauh ke bawah tumpukan sampah lainnya. Kami berdua kembali ke kamar dan berusaha menutup kuping kami agar tidak lagi terdengar suara panggilan itu. Karena sangat lelah, kami semua langsung terlelap.


Keesokan harinya saat kami semua sudah bangun, saya segera keluar untuk memastikan bonek tersebut sudah diangkut oleh truk sampah. Saya sangat terkejut karena melihat tas plastik berisi boneka itu sudah tergeletak lagi di atas meja di teras rumah. Saya memanggil pembantu untuk menanyakan siapa yang menaruh di situ, tapi mereka semua juga tidak ada yang tahu, ataupun melakukannya. Akhirnya untuk menghindari hal semalam terulang saya dan papa memutuskan untuk mengantarnya ke tempat pembuangan sampah besar yang letaknya di luar kompleks rumah tersebut. Berharap boneka tidak kembali lagi.

Setelah kami semua besar, jika mengingat peristiwa tersebut tetap membuat kami merasa seram. Entah siapa yang melakukannya, saya tetap tidak menemukan jawaban, mengapa boneka tersebut bisa memanggil mama, meskipun sudah lama rusak.

hiii...!!!

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment