Semua Indah Pada Waktunya

Manusia sering tidak sabar, menunggu kapan sesuatu yang diinginkan untuk datang atau hadir dalam kehidupannya. Mereka lupa bahwa semua itu ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan.

sumber google
Suatu hari ada seorang kakek yang kecewa, karena Tuhan tidak memanggil dirinya. Ia berpikir waktunya berada di bumi ini, sudah cukup. Sehingga ia merasa perlu untuk segera kembali ke rumah Tuhan. Ditambah dengan keadan yang membuat ia merasa dilupakan, bukan saja oleh Tuhan tetapi juga oleh orang-orang yang dikasihinya. 

Semenjak istrinya meninggal kakek merasa kesepian, jika dulu ada yang merawatnya dan menemaninya dengan tulus, sekarang tinggal kenangan. Anak dan cucunya semua tidak memiliki waktu khusus untuk berkunjung dan menghabiskan waktu bersamanya. Semua sibuk. Sehingga di dalam setiap doanya, sang kakek selalu meminta untuk segera dipanggil oleh Sang Pencipta.

"Tuhan, aku sangat sedih dan terabaikan saat ini. Aku berharap inilah saat yang tepat untuk Kau memanggilku," kalimat itu yang selalu ia sisipkan dalam setiap doanya.

Karena mengucapkan untaian doa itu berulang-ulang, hingga akhirnya Tuhan mengijinkan untuk maut menjemputnya. Lelaki tua itu terjatuh di kamar mandi ketika sedang mandi dan meninggal. 

Saat baru saja terjatuh, ia melihat suster yang biasa menemaninya berlari menghampirinya dan berteriak memanggil namanya. Wanita itu seperti berusaha untuk membangunkannya, tapi ia tidak ingin menjawabnya. Ia berpikir ini lah saat yang ditunggunya. Di waktu yang sama, kakek melihat banyak orang asing berdiri di sekitarnya, memandang heran dan beberapa sangat mengerikan tampilan wajahnya. Timbul rasa takut dalam diri si kakek, karena ia mengira  ia akan menjumpai wajah orang yang dikasihinya, Ternyata bukan seperti yang ia harapkan. Semua orang tersebut adalah arwah manusia yang selama ini berdiam di sekitar kamar dan rumahnya. Ada ketakutan, tiba-tiba kakek berteriak karena menyadari tidak ada seorang pun yang ia kenali.

"Tuhan...dimana kah, aku?" teriak kakek. Namun tidak ada jawaban, meskipun ia memanggil nama Tuhan. Kakek mulai merasa putus asa menyadari apa yang telah terjadi.

"Tuhan...ampuni aku,"ujar kakek lirih berkali-kali, sambil menutup ke dua matanya. 

Namun sayang tetap tidak ada jawaban. Tidak terlihat kehadiran malaikat penjemput yang akan mengantarnya ke surga, seperti yang sering ia pikirkan bila sesorang baru saja kehilangan nyawanya. Yang ada hanya wajah-wajah mengerikan di sekitarnya, beberapa meringis kesakitan, beberapa mentertawakannya serta tampilan yang menakutkan.

Kakek berteriak lagi, "Tuhan ...jangan tinggalkan aku sendiri!"  

Kakek mengeluarkan suara mengiba-iba, tapi tetap sama seperti tadi, tidak ada jawaban. Segera ia berusaha mencari, adakah di antara wajah itu yang ia kenali, ia berharap akan bertemu almarhum istrinya. Lagi-lagi ia kecewa, semua wajah yang ada tidak ada yang dikenalnya atau pun mengenalnya. Akhirnya kakek kembali sedih dan putus asa. Saat ia menangis, didengarnya suara orang yang sangat dikenal memanggilnya.

"Ayah...yah, jangan pergi dulu. Kami semua membutuhkanmu."

"Kakek...jangan pergi."

Sang kakek yang sedang termenung, mendengar suara yang memanggilnya itu dan berusaha memberikan respon dengan menggerakan tangannya, tapi tidak dapat digerakkan. Ia hanya bisa melihat bahwa suara yang berasal dari istri dan anak-anaknya sedang menangisinya. Mereka tampak sedang memeluk tubuhnya bergantian, sementara cucunya juga sedang sesegukan mengusap kakinya. Ia sayup-sayup mendengar percakapan mereka, ternyata apa yang ia pikirkan selama ini bahwa keluarganya mengacuhkan dirinya adalah tidak benar.

Sekarang di dalam kesendirian, ingatan masa lalu mulai memasuki pikirannya. Sejak ia divonis dokter kehilangan ingatannya, perlahan ia tidak mengenal lagi istri, anak-anak serta orang terdekatnya. Kerap kali ketika mereka mendekat atau berkunjung, ia selalu menolak untuk bertemu. Ia merasa semua orang itu asing. Kakek ingat bagaimana ia mendorong, mengumpat dan marah-marah kepada istrinya saat mau didekati dan memeluknya. Sehingga istrinya itu terpaksa tidur di atas kasur di lantai, karena kakek merasa ia adalah salah seorang suster yang merawat. Kemudian ia memarahi cucu-cucu yang berusaha bermain dengannya. Namun, mereka semua tetap berusaha mengunjungi dan merayunya agar tetap sehat, terutama disaat ia tidak ingin makan. Banyak kejadian yang ia ingat kembali, ternyata membuktikan bahwa mereka masih sangat perhatian kepadanya. Hal itu membuatnya semakin sedih dan kaget, istrinya yang dipikirnya sudah meninggal teryata masih hidup. Ia pernah lupa bahwa masih memiliki seorang istri yang selalu setia menemaninya. 

Semua kenangan tersebut membuat kakek menyesal, karena tidak memanggil suster saat mau ke belakang dan dengan sengaja menumpahkan air hingga ia terpeleset dan meninggal. Ternyata ia belum saatnya ia pergi, masih banyak tugas yang harus ia selesaikan, yaitu belajar untuk mengerti bahwa semua ada waktunya. Menyadari kekeliruannya, kakek kembali berdoa memohon bantuanTuhan.

"Tuhan, aku belum ingin pulang. Biarkan aku menebus dosaku karena telah membiarkan istri, anak-anak, cucu-cucu dan semua orang terdekatku menderita dan terlupkan." Kakek berdoa.

Sayang sekali, tidak ada jawaban, meskipun ia sudah berkali-kali meminta sama seperti saat ia meminta untuk segera meninggal. Karena sang kakek sudah tidak berada di dunia maupun di surga, tapi masih harus menunggu jalan menuju kematian yang sesungguhnya, sebab waktu kematian bagi dirinya belum tiba. Kakek menangis menyadari itu semua. Saat ini ia benar-benar kesepian, tidak ada keluarga apalagi Tuhan, yang ada hanya arwah orang-orang yang belum meninggal tepat pada waktunya. Sekarang ia menjadi penghuni di dunia lain dan masih harus  menunggu kapan saatnya tiba.

Jadi serahkan hidupmu dalam tangan Tuhan, hingga semua indah pada waktunya.

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment